Cermin Gagalnya Tata Kelola, Ketum AMT: Krisis Drainase Tasikmalaya

Kota, Wartatasik.comGenangan dan banjir yang berulang di Kota Tasikmalaya bukan lagi sekadar peristiwa alam, melainkan cerminan dari kegagalan tata kelola infrastruktur perkotaan.

Setiap kali hujan turun dengan intensitas sedang hingga tinggi, sejumlah wilayah dari pusat kota hingga kawasan permukiman padat, terendam air. Pola ini berulang dari tahun ke tahun, tanpa ada perbaikan yang berarti.

Dikatakan Ketua Umum Aliansi Mahasiswa Tasikmalaya (AMT), Riswara Nugroho, bahwa masalah utama bukan pada langit yang menurunkan hujan, tetapi pada tanah yang kehilangan kemampuan menyerap air dan sistem drainase yang tidak lagi berfungsi optimal.

“Banyak saluran air yang dangkal, tersumbat sampah, bahkan tak jarang hilang tertutup bangunan. Kapasitas drainase tidak sebanding dengan peningkatan volume limpasan air akibat pesatnya pembangunan permukiman dan minimnya area resapan,” imbuhnya, Senin (10/11/2025).

Kondisi ini, lanjutnya, menunjukkan lemahnya perencanaan dan pengawasan terhadap sistem drainase kota. Pembangunan kerap berjalan tanpa memperhitungkan arah aliran air, sementara perawatan infrastruktur yang sudah ada berjalan setengah hati.

“Akibatnya, setiap hujan deras berubah menjadi bencana kecil yang mengganggu aktivitas warga, merusak infrastruktur, dan menimbulkan kerugian ekonomi,” ungkapnya.

Katanya, sudah saatnya Pemerintah Kota Tasikmalaya tidak lagi bersikap reaktif sekadar mengeruk saluran setelah banjir datang melainkan bertindak strategis dan preventif.

“Dibutuhkan audit menyeluruh terhadap sistem drainase kota: mulai dari peta aliran air, kapasitas saluran, hingga konektivitas antarjaringan. Pemerintah perlu menerapkan konsep drainase berwawasan lingkungan atau Sustainable Urban Drainage System (SUDS), seperti pembangunan sumur resapan, taman resapan, kolam retensi, dan penggunaan material berpori di area publik,” terangnya.

Selain itu, lanjutnya lagi, keterlibatan masyarakat juga menjadi kunci. Tanpa kesadaran warga untuk menjaga kebersihan saluran dan tidak membuang sampah sembarangan, infrastruktur secanggih apa pun tidak akan mampu mengatasi persoalan ini.

“Banjir di Tasikmalaya adalah alarm keras bagi seluruh pemangku kepentingan bahwa pengelolaan air perkotaan harus berubah arah. Hujan tidak bisa dicegah, tetapi dampaknya bisa dikendalikan asal sistem drainase dirancang dengan ilmiah, dikelola dengan konsisten, dan diawasi dengan tegas,” tandasnya. Redaksi

Berita Terkait