
Tasikmalaya, Wartatasik.com – Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan upaya pemerintah untuk melindungi kesehatan warganya. JKN tidak hanya bisa digunakan di temapt tinggal asal, melainkan bisa digunakan di seluruh wilayah Indonesia.
Hal ini telah dibuktikan langsung oleh Roha Dhatul Aisy, mahasiswi salah satu universitas negeri di Bandung, Jawa Barat. Perempuan yang berasal dari Pekanbaru, Riau, itu sudah membuktikan manfaat program JKN selama hidup di rantau.
“Alhamdulillah saya telah terdaftar sebagai peserta JKN kelas dua sejak tahun 2016. Kepesertaan saya mengikuti dari Ibu saya,” ucap Aisy, panggilan akrabnya, saat diwawancarai oleh Tim Jamkesnews beberapa waktu yang lalu.
Aisy mengungkapkan, dirinya pernah menggunakan program JKN untuk melakukan pencabutan gigi gerahamnya beberapa waktu yang lalu. Selama proses menuju pencabutan, dia mengikuti semua prosedur yang ada.
“Dalam pandangan saya, prosedur yang telah ditetapkan BPJS Kesehatan untuk pencabutan gigi tidak ribet jika kita mengikuti dengan baik,” kata dia.
Dia meneruskan, pertama kali yang harus dilakukan adalah datang ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Dirinya tidak menunggu lama hingga dipanggil oleh perawat untuk pengecekan kesehatan karena sudah mengambil antrean online pada aplikasi Mobile JKN.
“Sebelum pengecekan kesehatan, saya menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Saya dicek tensinya dan setelah itu diminta tunggu sebentar sebelum dipanggil lagi untuk pemeriksaan dokter gigi,” jelas Aisy.
Kemudian, lanjutnya, dokter melakukan pengecekan gigi. Dia bersyukur karena bisa melakukan pencabutan gigi di FKTP. Jika ada indikasi medis lain, pasti dirinya sudah dirujuk ke Rumah Sakit (RS).
“Setelah pemeriksaan pertama, dokter menjadwalkan untuk pencabutan gigi di hari lain. Akhirnya, di hari yang dijanjikan itu gigi saya dicabut,” terang dia.
Saat disinggung terkait Mobile JKN, dirinya menjelaskan, kehadiran aplikasi tersebut begitu membantu. Berkatnya, dia bisa pindah Fasilitas Kesehatan (Faskes) dari yang sebelumnya berada di Pekanbaru ke Bandung.
“Fiturnya (Mobile JKN) cukup lengkap. Mau ubah data diri, cek kepesertaan, skrining kesehatan, dll tinggal tap-tap saja. Bahkan, sambil rebahan pun bisa,” tutur dia.
Ketika ditanya terkait pelayanan FKTP, Aisy menjawab bahwa perawat maupun dokter yang menanganinya bersikap ramah. Tidak hanya itu, dirinya juga mendapatkan penjelasan mengenai cara merawat gigi, produk apa saja yang baik untuk menjaga kebersihan gigi, hingga hal detail seperti jam menyikat gigi.
“Dokter terlihat begitu menguasai materi. Penjelasannya simpel dan mudah dipahami. Terus, senyumannya tidak pernah pudar saat melayani,” bebernya.
“Padahal takut sekali awalnya karena kata orang-orang, pelayanan kepada peserta BPJS Kesehatan itu buruk, dibeda-bedakan, dan lain-lain. Ternyata, tidak,” lanjut Aisy.
Meski saat ini telah berusia 22 tahun, kepesertaan JKN miliknya tetap aktif. Sejak tahun lalu, dia sudah mengurus keterangan kuliah agar kepesertaannya tetap menjadi tanggungan orangtua.
“Waktu mengurus hal ini, petugas BPJS Kesehatannya bilang jika JKN saya bisa tetap ditanggung oleh orangtua hingga usia 25 tahun. Jadi, setiap tahun harus mengurus hal tersebut agar jaminan kesehatan saya tetap terlindungi,” papar dia.
Aisy berpandangan, BPJS Kesehatan memberikan dampak positif bagi kehidupannya, terutama sebagai mahasiswi rantau. Keberadaan BPJS Kesehatan memberikan kepastian terjaganya kesehatan dirinya di saat jauh dari keluarga. Oleh karena itu, dia mengajak agar seluruh masyarakat yang belum terdaftar sebagai peserta JKN agar segera mendaftarkan diri.
“Alhamdulillah kesehatan saya terlindungi. Gratis, tidak ada iur biaya dari faskesnya karena sudah ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Mari daftarkan diri kamu sebagai peserta JKN!” pungkas Aisy. Red| JamkesNews
