Riswara Nugroho: Ada 3 Hal Penting Belajar dari Tragedi G30S/PKI

Riswara Nugroho (Ketua Komisariat PMII STISIP) | dokpri

Referensi – Setiap tanggal 30 September, bangsa Indonesia kembali diingatkan pada peristiwa kelam, Gerakan 30 September/PKI (G30S/PKI) tahun 1965. Tragedi yang menewaskan para jenderal TNI AD ini bukan hanya menorehkan luka dalam sejarah politik Indonesia, tetapi juga meninggalkan trauma panjang bagi masyarakat sipil. Ribuan bahkan jutaan rakyat kala itu terseret arus kekerasan, menjadi korban fitnah, penangkapan, hingga penghilangan.

Menurut saya, peringatan G30S/PKI tidak cukup dipandang sebagai ritual tahunan atau sekadar menonton film sejarah. Peringatan ini adalah momentum untuk merenungkan kembali bagaimana bangsa ini pernah diuji oleh pertarungan ideologi yang berujung pada kekerasan. G30S/PKI adalah cermin bahwa ketika kekuasaan dan ideologi dipaksakan tanpa nilai kemanusiaan, maka yang menjadi korban adalah rakyat kecil.

Generasi muda hari ini memiliki kewajiban moral untuk melihat sejarah dengan cara yang lebih kritis. Mahasiswa tidak boleh menerima begitu saja narasi tunggal, melainkan harus membuka ruang kajian sejarah yang ilmiah, obyektif, dan adil. Hal ini bukan untuk membenarkan kekejaman masa lalu, tetapi agar bangsa ini tidak terjebak dalam propaganda atau politisasi sejarah yang hanya menguntungkan pihak tertentu.

Dari tragedi 1965 kita belajar tiga hal penting:

1.Bahwa kekerasan politik tidak pernah membawa keadilan.

2.Bahwa demokrasi hanya bisa bertahan bila ditopang oleh nilai kemanusiaan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

3.Bahwa generasi muda harus menjadi penyangga persatuan, bukan pengulang luka sejarah.

Menurut saya, peringatan G30S/PKI adalah pengingat untuk terus kritis terhadap kekuasaan, menolak segala bentuk tirani, dan menjaga agar demokrasi tidak lagi dirampas oleh kepentingan segelintir elit.

Sejarah memang menyisakan luka, tetapi luka itu harus menjadi pelajaran. G30S/PKI bukan hanya kisah masa lalu, melainkan peringatan abadi agar bangsa Indonesia selalu menempatkan kemanusiaan di atas segalanya.

Ingat sejarah, rawat demokrasi, tegakkan kemanusiaan. **Penulis: Riswara Nugroho (Ketua Komisariat PMII STISIP)

Berita Terkait