Budidaya Ikan Vs Pandemik

Yuli Andriani | dokpri

Referensi,Wartatasik.com Merebaknya wabah Covid 19 telah nyata memporakporandakan semua sektor industri, tak terkecuali sektor perikanan budidaya. Industri perikanan mulai terdampak akibat penyebaran Virus Corona.

Salah satu contoh yang terdampak adalah pada sektor budidaya udang, harga jual Udang Vaname mengalami penurunan hingga Rp 10.000 per kilogram. Biasanya udang vaname size 50 harganya berkisar Rp 67 ribu – Rp 70 ribu, kini harganya hanya Rp 60.000 per kilogram dan sulitnya petani ikan KJA menjual hasil produksinya.

Beberapa hal menjadi penyebabnya, antara lain merupakan imbas dari terhambat dan terbatasnya sarana prasarana pendukung budidaya yang macet akibat dikuranginya aktifitas sosial selama wabah berlangsung. Hilangnya beberapa bisnis perikanan (seperti pemancingan dan restoran) dan daya beli masyarakat yang menurun drastis.

Kondisi ini tentunya menjadi dilematis bagi pembudidaya ikan untuk tetap melakukan budidaya ikan atau beralih sementara pada bidang usaha lain

Ikan sebagai Imunitas Masyarakat

Sementara di lain pihak, dalam menghadapi pandemi seperti saat ini, salah satu yang harus ditingkatkan adalah daya tahan tubuh. Imunitas yang tinggi pada gilirannya akan mencegah tubuh dari tertular virus, selain menerapkan pola hidup bersih dan cukup istirahat.

Pembentukan daya tahan tubuh sangat dipengaruhi oleh asupan gizi, salah satunya protein hewani. Ikan, sebagai salah satu sumber protein hewani, merupakan komoditas potensial yang harus selalu tersedia untuk mendukung peningkatan imunitas masyarakat.

Ikan memiliki keunggulan dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya, karena memiliki protein, lemak dengan omega‐3 yang bermanfaat untuk menurunkan resiko cardiovascular disease (CvD), mineral, dll (Kadam and Prabhasankar, 2010).

Diinformasikan bahwa konsumsi ikan 1-2 kali per minggu khususnya ikan yang mengandung EPA dan DHA yang tinggi dapat mereduksi resiko penyakit jantung hingga 36%. Lebih menggembirakan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa EPA dan DHA yang terkandung dalam ikan dapat mereduksi dan mencegah beberapa penyakit, seperti arthritis, kanker dan memperbaiki kondisi psikologis (Larsen et al,2012)

Selektif dan Pasca Panen

Tetap melakukan kegiatan budidaya ikan dan mempertahankan produktifitas budidaya perikanan demi kesehatan masyarakat merupakan suatu keharusan. Hal ini sejalan dengan himbauan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang menyatakan bahwa produksi perikanan tidak bisa berhenti karena masyarakat tetap membutuhkan sumber pangan.

Apalagi dalam kondisi saat ini makanan bergizi tinggi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan imunitas. Namun dengan kondisi yang kurang kondusif seperti sekarang, pembudidaya memang menghadapi tantangan yang besar untuk tetap berkomitmen berproduksi.

Selain menurunnya daya beli masyarakat, kesulitan untuk memenuhi sarana prasarana untuk budidaya dan sulitnya distribusi menjadi kendala yang mengemuka. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya pembudidaya lebih selektif memilih komoditas ikan yang dibudidayakan.

Pemilihan ikan-ikan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, efisiensi pakan yang tinggi, serta adaptif terhadap pakan alternatif, seperti ikan lele dan nila, merupakan salah satu strategi efisiensi penggunaan pakan. Efisiensi pada biaya produksi akan berdampak pada harga ikan yang lebih murah, namun pembudidaya masih tetap mendapat laba.

Harga ikan memang memiliki rentang pilihan harga yang sangat variatif. Konsumen dapat memilih komoditas ikan untuk pemenuhan gizi sehari-hari, sesuai dengan kemampuan finansial.

Kedua, daya serap pasar yang melambat mengakibatkan pembudidaya lebih lama memelihara ikan. Dampaknya harus ada biaya pakan ekstra karena waktu pemeliharaan yang semakin panjang.

Selain itu ukuran ikan yang semakin besar akan menurunkan harga karena konsumen memiliki preferensi lebih tinggi pada ikan yang berukuran sedang. Memperpanjang masa simpan ikan diluar sistem budidaya salahsatunya dapat dilakukan dengan melakukan pengolahan setengah jadi atau siap saji.

Saatnya pembudidaya bergandengan tangan dengan industri rumahan untuk mengolah ikan produksinya untuk dijadikan pangan olahan seperti fillet, baso ikan, abon ikan, yang lebih awet, bernilai ekonomis lebih tinggi dan dapat menjangkau daerah distribusi yang lebih jauh.

Pengolahan dapat menurunkan resiko busuk yang biasanya terjadi pada ikan segar. Mari bersama kita berdoa semoga pandemik ini segera berakhir sehingga kegiatan perikanan dan dinamikanya kembali normal. Semoga.

Oleh:
Yuli Andriani
Penulis adalah Staf Pengajar Departemen Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Berita Terkait