Peluang Usaha Prospektif, Petani Milenial di Tasik Budidaya Bunga Matahari

Iif Irpan, petani muda asal Kampung Sindangjaya, Padakembang kabupaten Tasikmalaya | Suslia

Kota, Wartatasik.com – Bunga Matahari atau bahasa latinnya disebut Helianthus Annuus L merupakan salah satu tumbuhan bunga khas yang memiliki warna kuning terang yang sangat indah.

Saat ini bunga matahari selain memiliki keindahan warna dan bentuknya di wilayah Priangan Timur dilirik oleh para petani milenial.

Sejumlah petani muda dari Kota Garut, Tasikmalaya dan Ciamis mulai melirik meretas mimpi untuk memanfaatkan setiap peluang usaha yang dimiliki dari bunga berperilaku unik ini.

Para petani milenial menangkap peluang usaha yang sangat prosfektif, sehingga pengembangan budidaya bunga matahari menjadi salah satu komoditi yang mulai dikembangkan para petani milenial.

Salah satu petani milenial asal dari Kampung Sindangjaya, Padakembang Tasikmalaya Iif Irpan (33) mengungkapkan, dirinya mulai tergerak budidaya ini setelah ada kepastian harga dari PT Tiga Jawara yang memberi jaminan pasar, sekaligus menyuplai sarana produksi.

“Ketika pasar sudah jelas dan ada semacam MoU, hal itu menjadi langkah awal yang baik karena persoalan usaha pertanian, biasa terkendala diharga, dimana harga kebanyakan ditentukan mekanisme pasar yang acapkali sangat merugikan petani,” ungkapnya, Jumat (23/07/2021).

Saat ini, tak kurang dari sepuluh hektar lahan pertanian di Priangan Timur telah menjadi demplot percontohan budidaya bunga matahari. Sebagai tahap awal, mereka fokus memenuhi pasar dalam negeri, terutama untuk produksi kuaci.  Apalagi kebutuhan akan biji bunga matahari cukup besar dan hingga kini belum bisa terpenuhi.

Setelah merintis di awal tahun, Iif mengaku mulai ingin menumbuhkan minat masyarakat untuk melakukan budidaya serupa, sebab setidaknya kini sudah ada sekitar 3,5 hektar yang ditanami bunga matahari di Kabupaten Tasikmalaya.

“Setelah ada celah pasar yang jelas, baru dijajagi harga, dilakukan analisa usaha, kemudian perjanjian kerja sama baru terakhir produksi,” ucapnya.

Hal itu menurutnya penting, karena selama ini petani selalu gambling dalam merintis usahanya, saat ini se-Priangan Timur kira-kira sudah ada sepuluh hektar lahan yang digunakan budidaya tanaman ini.

Iif menjelaskan, hasil analisa satu pohon bunga matahari bisa menghasilkan dua sampai empat ons biji matahari, artinya dengan asumsi satu hektar mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp80.000.000,- dengan asumsi harga Rp 18.000 per kilogram.

“Maka akan diperoleh penghasilan kotor sebesar Rp150.000.000 dengan waktu tanam selama 105 hari produksi,” ungkap Iif.

Ditempat terpisah, Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Indihiang Dodo mengamini jika peluang budidaya bunga matahari cukup menjanjikan, karena saat ini produksinya masih sangat kurang dan petani pun belum melirik ke arah budidaya tanaman tersebut.

“Saat ini kebiasaan petani di kita masih latah dalam melakukan analisa usaha taninya, apa yang sedang ramai biasanya itu komoditi yang ditanam, itu menjadi tantangan bagi para penyuluh untuk bisa mengarahkan dan membimbing agar petani bisa sukses menjalankan usaha taninya,” pungkasnya. Suslia.

Berita Terkait