Peringati HTN 2023, BEM FAPERTA Unsil Gelar Aksi: Ada Empat Poin Permasalahan Pertanian

Peringati HTN 2023, BEM FAPERTA Unsil Gelar Aksi: Ada Empat Poin Permasalahan Pertanian | dokpri

Kota, Wartatasik.com – Dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional 2023, Kamis, 21 September 2023 BEM FAPERTA Unsil kembali turun ke jalan dengan mambawa berbagai permasalahan sektor pertanian yang ada di Kota tasikmalaya.

Dalam aksi ini turut diundang Komisi II DPRD Kota Tasik, Pj. Wali Kota Tasikmalaya, Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Tasikmalaya.

Namun yang mengindahkan undangan tersebut hanya dari DKP3, sementara Pj. Wali Kota diwakilkan oleh Asisten Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kota Tasikmalaya.

“Ketidakhadiran dari para pemangku kebijakan ini, menjadi penanda bahwa Pemkot Tasikmalaya memang tidak serius dalam menanggapi permasalahan pertanian yang ada. Padahal surat undangan secara resmi telah disampaikan sebelumnya,” tutur Kepala Departemen Kajian Aksi Strategis dan Advokasi Faridz Nofi Rhamdhani.

Singkatnya, lanjut Faridz, Massa aksi yang berjumlah kurang lebih 200 orang tiba pada pukul 14.30 WIB di halaman balai kota dengan melaksanakan orasi-orasi dan membakar ban sebagai bentuk kemarahan atas ketidakseriusan pemerintah dalam melakukan pembangunan pertanian dan terkesan lambat dalam mengatasi permasalahan petani.

“Akhirnya massa aksi berhasil masuk ke dalam balai kota dan melakukan audiensi supaya ada solusi konkret atas permasalahan yang dibawa. Namun bukannya memberikan solusi, jawaban-jawaban dari pemkot yang ada terkesan normatif,” ungkapnya.

Nahkan tambahnya, tidak ada solusi konkret sama sekali, “Merespon hal tersebut massa aksi sempat marah, namun situasi berhasil kondusif kembali setelah dinas DKP3 menandatangani nota kesepakatan yang disaksikan langsung oleh asisten daerah bidang perenomian dan pembangunan kota tasikmalaya,” tambahnya.

Selanjutnya, sebelum membubarkan diri ketua umum BEM FP UNSIL membacakan pernyataan sikap sebagai bentuk kekecewaan kepada Pemkot Tasikmalaya, membacakan poin-poin yang ada pada nota kesepakatan.

Foto: dokpri

Dalam aksi kali ini, BEM FAPERTA Unsil membawa empat poin permasalahan utama, yaitu :

  1. Kemiskinan pangan

Berdasarkan data dari Rencana Strategis Dinas ketahanan pangan,pertanian dan perikanan kota tasik (DKP3), kota tasikmalaya hanya dapat memenuhi sekitar 72.31% beras, sementara sisanya bergantung kepada impor dari luar kota tasik. Tentunya ini merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan mengingat luas lahan sawah sebesar 5.055 Ha tidak dimaksimalkan dengan baik. Hal tersebut diakibatkan oleh berkurangnya lahan pertanian, produksi dan produktivitas yang rendah serta penyediaan sarana dan prasaran yang kurang mendukung. Namun ketika dilakukan audiensi, dinas DKP3 tidak bisa memberikan solusi nyata dan bersembunyi dibalik gejala kemarau panjang.

  1. Kinerja penyuluh

Penyuluh merupakan salah satu ujung tombak dalam pembangunan pertanian menuju kearah yang lebih baik. Sehingga kuantitas dan kualitas penyuluh berpengaruh cukup signifikan dalam pertanian. Namun yang terjadi di kota tasikmalaya jumlah penyuluh sangat mengkhawatirkan yaitu sebanyak 62 orang dan harus membina sebanyak 684 kelompok tani. Alhasil dengan kuantitas yang sangat sedikit tersebut ada wilayah-wilayah yang dikunjungi dalam rentang waktu cukup lama. Begitupun dengan kualitasnya, Dinas DKP3 beralasan tidak ada dana untuk melakukan pelatihan untuk para penyuluh. Padahal di RENSTRA DKP3 dana untuk penyuluh mencapai ratusan juta.

  1. Rantai tataniaga dan pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu pilar untuk menunjang usahatani dan termasuk ke dalam subsitem agribisnis, sehingga untuk mewujudkan kesejahteraan untuk petani perlu ada jaminan pasar dan akses pasar. Sementara di kota tasikmalaya tidak ada jaminan pasar dan akses pasar sama sekali untuk para petani. Regulasi HET untuk beras pun hanya sekedar regulasi tidak ada pengawasan lebih jelas mengenai HET ini. Sehingga mau sampai kapanpun petani akan selalu cenderung merugi dalam usahataninya.

  1. Kegagalan panen akibat air lindi ciangir

Air lindi merupakan air bekas timbunan sampah yang mengandung senyawa berbahaya dan beracun terutama untuk tanaman. Beberapa bulan sebelumnya dilakukan penyemprotan eco enzyme oleh Dinas Lingkungan Hidup untuk mengurangi bau dari sampah, namun bukannya memberikan solusi, justru cairan tersebut malah menyatu dengan air lindi dan mengalir ke irigasi warga setempat. Akibatnya, banyak tanaman warga gagal panen 100% serta banyak ikan yang dibudidaya pun ikut mati. Dinas DKP3 berjanji akan bertanggung jawab 100% dan mengganti semua kegagalan panen.

Atas kinerja dari Pemerintah Kota tasikmalaya yang buruk dan ketidakseriusan pemerintah dalam menanggapi permasalahan sektor pertanian di kota tasik, maka kami segenap MAHASISWA FAKULTAS PERTANIAN UNSIL menyatakan sikap :

  1. Mengecam atas kinerja Pemerintah Kota Tasikmalaya yang lalai dan tidak serius dalam menyelesaikan permasalahan pertanian terutama tuntutan aksi hari tani nasional tahun
  2. Menyangkan atas kinerja DPRD Kota Tasikmalaya, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan yang tidak serius dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam menyelesaikan permasalahan pertanian di Kota Tasikmalaya.
  1. Kami segenap Mahasiswa fakultas pertanian dan Masyarakat Tani akan terus melawan segala bentuk kebijakan pemerintah yang menghambat percepatan pembangunan pertanian serta kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada para petani.

“Selamat Hari Tani Nasional Ke-63 Petani Belum Sejahtera !!! Dimana keadilan untuk para petani? Seserius apa pemkot tasikmalaya untuk pertanian ??,” tandasnya. Red.

Berita Terkait