Resmikan Program Unggulan LTW, Ahyudin: Ternak Memiliki Nilai Strategis

Kawasan Lumbung Ternak Wakaf di Desa Cintabodas Kec Culamega Kabupaten Tasikmalaya | Blade

Kab, Wartatasik.com – Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu sentra peternakan yang mempunyai komoditas strategis yang meliputi ternak sapi potong, kerbau, kambing, domba dan unggas.

Hasil dari penelitian IPB menyebutkan bahwa permasalahan pengembangan ternak ruminansia di Kabupaten Tasikmalaya adalah belum optimalnya
pemanfaatan potensi wilayah, daya dukung lahan, dan sumber daya pakan secara terintegrasi dengan lokasi basis produksi ternak.

Dengan total warga prasejahtera di Tasikmalaya sebanyak 159.930 jiwa dan pendapatan warga rata-rata hanya sebesar Rp300.000,00/bulan.

Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak pada hilangnya lokasi-lokasi produksi peternakan akibat degradasi lahan dan alih fungsi lahan.

Menjawab kondisi tersebut, Global Wakaf-ACT (Aksi Cepat Tanggap) resmikan program unggulan Lumbung Ternak Wakaf (LTW) di Desa Cintabodas, Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya.

Ahyudin selaku Ketua Dewan Pembina ACT mengatakan, ternak memiliki nilai strategis bagi kehidupan masyarakat Indonesia baik itu dari sisi sosial, tradisi kultural, acara keagamaan, dan ekonomi.

Sebab ternak memegang peranan penting secara kultural, pemeliharaan ternak masih dianggap sebagai kegiatan sampingan dan hasilnya pun hanya dianggap sebagai tambahan atau tabungan pada saat ada keperluan yang besar.

“Dengan edukasi pengelolaan ternak yang lebih profesional, ternak memiliki peranan penting bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pemenuhan kebutuhan pangan,” ucapnya, Rabu (11/12/2019).

Program LTW sendiri bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak melalui sistem agrobisnis peternakan berbasis wakaf menuju kedaulatan pangan nasional.

“Program ini menggunakan model filantropi, melalui wakaf sebagai investasi produktif yang hasilnya terus berputar. Hasil pengelolaan aset wakaf digunakan untuk membangun dan mengembangkan kesejahteraan peternak agar lebih produktif dan mandiri,” bebernya.

Fokus penggunaan LTW terdiri dari beberapa fungsi diantaranya sebagai pusat pembibitan ternak domba yang akan menghasilkan bibit-bibit domba unggulan.

Lalu sebagai pusat penggemukan domba yang akan menghasilkan domba unggul siap potong dan sebagai pusat edukasi wisata wakaf dan farm training yang memberikan gambaran menarik tentang konsep wakaf produktif.

“Dan juga edukasi terkait konsep Good Management Practice (GMP) bagi masyarakat untuk berkunjung mulai dari siswa, mahasiswa, peternak, pengusaha, donator, pewakif, Lembaga Pendidikan (PT) dan lain sebagainya,” papar Ahyudin.

Sementara itu, Wahyu Novyan selaku Direktur Program ACT menjelaskan, LTW
menerapkan sistem peternakan yang terintegrasi yang berdampak pada pemberdayaan warga secara signifikan.

“Sebelumnya para peternak yang terlibat di LTW adalah masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan dan pendapatan tetap dan banyak yang bekerja serabutan dengan penghasilan sekitar Rp500.000,00/bulan,” ungkapnya.

Klik berita terkait >>> Sejahterakan Masyarakat, ACT Launching LTW di Cintabodas Culamega

Ahyudin selaku Ketua Dewan Pembina ACT mengatakan, ternak memiliki nilai strategis bagi kehidupan masyarakat Indonesia baik itu dari sisi sosial, tradisi kultural, acara keagamaan, dan ekonomi. | Blade

Selain itu terang Wahyu, ada juga kurang dari pendapatan tersebut yang tidak tentu setiap bulan, bahkan banyak yang harus pergi merantau ke kota untuk dapat menghasilkan uang.

Namun, setelah menjadi mitra di LTW, mereka bisa bergabung sebagai karyawan (tetap atau harian) dan mendapatkan pendapatan tetap jauh diatas rata-rata UMR Kabupaten Tasikmalaya.

“Para peternak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, dan menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi,” ujarnya.

Hingga kini, perkembangan lahan kandang dan lahan odot di LTW Tasikmalaya mencapai 22 hektare. Lahan ini menampung kapasitas domba breeding 5.000 ekor serta fattening 4.500 ekor dengan total peternak di Tasikmalaya yang diberdayakan sebanyak 124 orang dan terus bertambah.

Ditempat sama Manajer LTW Muhammad Supriyadi menambahkan, tidak hanya
pemberdayaan secara ekonomi, namun pemberdayaan secara pendidikan dan spiritualitas diberikan kepada semua peternak dan masyarakat sekitar LTW.

“Mak Oyon misalnya. Beliau
salah satu penerima manfaat dari program ini sekaligus warga penyintas bencana banjir bandang dan tanah longsor Tasikmalaya 1 tahun silam,” tuturnya.

Diketahui bersama, Mak Oyon dan tujuh KK lainnya saat ini masih bertahan menempati hunian sementara di Desa Bojongsari, Kecamatan Culamega.

“Lokasi hunian tidak jauh dari LTW, warga hunian di sini menjadi pekerja harian lepas untuk mengurus lahan odot LTW,” terangnya.

Kegiatan pengajian rutin pun diadakan untuk karyawan dan masyarakat umum
hingga fasilitas kegiatan kursus Bahasa Inggris gratis diadakan.

Pada acara tersebut, Global Wakaf-ACT turut mendistribusikan bantuan 10 ton beras kepada 1.400 penerima manfaat.

Bantuan beras berkualitas ini disuplai langsung dari Lumbung Beras
Wakaf binaan Global Wakaf – ACT.

Hingga kini, Indonesia berada pada peringkat 73 di dunia dengan tingkat kelaparan kategori serius, 12,5 juta hidup dalam kemiskinan kategori ekstrim dan 62,2% penduduk miskin tinggal di
pedesaan.

Pada tahun 2019, jumlah kurban dari LTW Tasikmalaya sebanyak 1.200 ekor,
dengan target 2020 sebanyak 5.000 ekor yang bersumber dari anakan breeding di LTW Tasikmalaya.

Diharapkan, melalui LTW kebutuhan pangan dapat terpenuhi dan
kesenjangan ekonomi masyarakat Indonesia semakin kecil melalui pemberdayaan perekonomian yang terintegrasi. Blade.

Berita Terkait