Tidak Berimbang: Guru PNS vs Honorer

Kartum, S.Pd (Guru SDN Majingklak 01, Wanareja – Cilacap) | dokpri

Referensi, Wartatasik.com – Guru merupakan salah satu barometer maju mundurnya Pendidikan suatu bangsa. Ironi memang keadaan bangsa kita sekarang ini.

Negeri yang luas nan kaya tapi “miskin” dengan jumlah guru yang ada di sekolah. Sebut saja SD Negeri Majingklak 01 yang berada di Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah.

Di sekolah tersebut hanya ada 2 PNS yaitu 1 Kepala Sekolah dan 1 guru Penjas, sisanya yaitu 4 guru Honorer, dan beberapa dari mereka juga mengampu di sekolah lain.

Keadaan seperti hampir merata di wilayah korwil Kec. Wanareja dan penulis pikir merata di seluruh Indonesia.

Di sisi lain, setiap tahun satu perguruan tinggi mampu meluluskan ribuan calon guru dengan berbagai macam disiplin ilmu, khususnya Pendidikan Guru SD.

Bayangkan jika disatu wilayah ada lebih dari satu perguruan tinggi, ada berapa puluh ribu lulusan calon guru? Tidak salah jika ada pernyataan yang mengatakan bahwa kampus saat ini hanya sebatas mesin produksi SDM yang belum jelas arah tujuannya.

Mau kemana dan mau menjadi apa setelah lulus? Ini lah fenomena Pendidikan sekarang ini.

Bisa dibayangkan jika keadaan real di lapangan menunjukkan bahwa dalam satu sekolah hanya ada 3 guru dan harus mengajar 6 kelas yang berbeda.

Kondisi nyata di lapangan sekolah tersebut kekurangan guru. Kontras, laporan yang secara periodik kita laporkan semua harus terisi supaya hasil akhirnya valid.

Itulah salah satu potret Pendidikan di Negara yang konon katanya kaya sumber daya ini. Penulis pikir tidak hanya fakir miskin saja, melainkan fakir guru PNS yang profesional.

Secara fundamental, peran guru sangatlah penting. Guru bukanlah “alat” melainkan manusia dengan segala keilmuannya bertugas untuk mendampingi, mengarahkan, serta mengembangkan potensi yang ada di peserta didik.

Dengan demikian peranan guru tidak bisa tergantikan dan digantikan oleh perangkat secanggih apapun itu. Sekali lagi, guru bukan “alat” yang bisa diperalat. Masih sering terdengar akan pernyataan jika daerah A sekolah A kekurangan guru.

Penulis melihat ini hanyalah sebuah retorika klasik dan teknik persuasinya tidak masuk. Tidak lebih hanya sebuah upaya untuk mem-framework pola pikir manusia yang dijadikan “alat” itu tadi.

Anda bayangkan 15 – 20 tahun yang akan dating, bagai mana keadaan dari sistem pendidikan kita ini. Katanya ini Solusi?

Pemerintah melalui Menteri Pendidikan yang akan berencana menambah perpanjangan masa pensiun guru dinilai tidaklah menyelesaikan masalah, justru akan menambah deretan masalah Pendidikan sekarang ini.

Bagaimana tidak, usia manusia lebih dari 60 tahun mendekati penuaan, mendekati dengan “pikun.” Disadari atau tidak, usia 60 tahun ke atas akan mengalami masa penurunan fungsi organ tubuh.

Jurus ini perlu dikaji ulang, perlu turun kelapangan supaya semuanya jelas, gamblang dalam menerapkan kebijakan tersebut dan tidak runyam dikemudian hari.

Upaya yang paling tepat saat ini dengan dinamika yang ada adalah dengan melakukan pengangkatan guru honorer yang aktif dengan mempertimbangkan masa kerja dan usia menjadi guru PNS.

Jeritan rekan-rekan honorer adalah adanya keadilan dan kejelasan nasib mereka.
Kembali lagi kesebab dan akibat dari pelayanan pendidikan kita. Sebabnya adalah jelas, kekurangan SDM.

Akibat dari ini pun jelas, yaitu semakin merosotnya kualitas output lulusan serta semakin banyak Sarjana menganggur.

Perlu terlebih dahulu memajukan dan mengoptimalkan segala kemampuan yang ada di Indonesia baik dari sumber daya alam dan manusia. Sebelum membanding-bandingkan dengan negara lain, seperti Jepang, Amerika, dan lainnya.

Bangsa Indonesia mempunyai jati diri tersendiri yang dibangun oleh nilai-nilai budaya daerah Indonesia. Latar belakang, permasalahan bangsa kita tentunya berbeda dengan bangsa lain.

Sepatutnya kita memajukan dunia Pendidikan bangsa kita berakar pada jati diri bangsa ini. Kurikulum Pendidikan nasional ini pula berpijak pada jati diri sebagai bangsa Indonesia, bukan kurikulum “copas” dari negara lain.

Tidak salah memang mengejar kemajuan IPTEK, tapi ada yang lebih penting saat ini, yaitu “meremidi” moralitas anak bangsa. Moralitas bangsa ini tercermin dari pemegang elemen pemerintahan saat ini sebagai cerminan hasil pendididikan di masa lampau.

Yang jelas, peserta didik perlu pendampingan oleh guru yang profesional yang siap hadir di setiap kelas setiap harinya. Tidak seperti saat ini, tidak berimbang.

Sekali lagi guru memegang peranan vital dalam keberlangsungan Pendidikan sekarang ini dan dimasa yang akan datang.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa-jasa pendahulunya. Salah satu pendahulu adalah guru. Kehadirannya perlu kiranya dimuliakan sebagai pahlawan tanpa tanda jasanya, “katanya.”

Keputusan yang seharusnya dimunculkan saat ini adalah keputusan yang diambil dari penggabungan dunia nasehat dan dunia pemikiran “akal sehat” supaya muncul kesimpulan akhir yang bijak. Semoga..!! *** Penulis: Kartum, S.Pd (Guru SDN Majingklak 01, Wanareja – Cilacap)

Berita Terkait