Virus Corona, Antara Ancaman Kesehatan dan Kebangkitan Petani Kota Tasik

Komisi II Fraksi Gerindra DPRD Kota Tasikmalaya H. Murjani., SE., MM | Blade

Kota, Wartatasik.com – Pemerintah mewaspadai penyebaran virus Corona dengan melakukan sejumlah langkah antisipatif sejak bulan lalu, salah satunya mulai dihentikannya impor produk holtikultura asal Cina untuk antisipasi penyebaran virus ini di Indonesia.

Terkait itu, Komisi II Fraksi Gerindra DPRD Kota Tasikmalaya H. Murjani., SE., MM sudah berdiskusi dengan Kepala dan Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Tasikmalaya.

Ditemui di ruangan kerjanya, Komisi II H Murjani SE,.MM mengatakan, dengan kasus Corona ini juga akan berpengaruh pada konsumsi Produk Holtikultura dan umumnya komoditas pertanian, pasalnya selama ini produksi Kota Tasikmalaya tidak mencukupi dan mendatangkan dari luar daerah.

Dibeberkan Murjani, berdasarkan data tahun 2019, untuk beras Kota Tasikmalaya masih kekuragan 16,3 Ton, daging sapi kurang 1,6 Ton, daging ayam kurang 1,9 Ton, telur ayam ras kurang 3,9 Ton, Cabe merah 3,1 Ton, cabe rawit kurang 5,4 Ton, bawang merah kurang 1,6 Ton, bawang putih kurang 1 Ton.

“Khusus bawang merah dan putih ini 100% mendatangkan dari luar Kota Tasikmalaya dan kalau kita lihat bahwa kekuatan produksi dalam negeri bawah putih hanya 10% dan 90% Indonesia import,” paparnya, Kamis (12/03/2020).

Jadi terangnya, dengan kasus Corona dan penghentian import maka Kota Tasikmalaya bisa meningkatkan produksi pertanian, karena ini terjadi market yang sangat besar.

Hal ini kata Murjani, sudah ia diskusikan panjang dengan beberapa PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan ) tentang bagaimana kondisi tanah di Kota Tasikmalaya. Apakah cocok untuk tanam- tanaman komoditas pertanian , apakah sudah dipetakan tanah mana yang cocok untuk padi dan tanah mana yang cocok untuk tanam buah.

“Bahkan apakah bisa tanah mana yang bisa untuk tanam bawang? termasuk saya diskusikan dengan Kadis Pertanian bahwa ternyata memang belum ada pemetaan tanah, sehingga hasil produksi kita tidak maksimal dan selalu kalah bersaing dengan harga import sehingga cenderung lebih murah dan kwalitas lebih OK,” ungkapnya.

Hasil diskusi tersebut lanjut Murjani, Kota Tasikmalaya harus cepat antisipasi hal ini dan harus bisa meningkatkan hasil prosuksi dan meningkatkan kwalitas sehingga kesejahteraan petani meningkat.

“Kan aneh juga kalau demand masih tinggi karena produksi kita masih ada kekurangan, kok harga tidak bagus dan cenderung petani rugi. Maka saran saya ini adalah harus adanya alih teknologi dan bibit unggul, untuk meningkatkan produksi dan kwalitas hasil produksi,” ujarnya.

Selain itu, harus ada konsultan pertanian, untuk melihat kondisi tanah sebenarnya cocok untuk tanam apa, sebab jangan sampai dari karakterisktik Ph tanah juga keasaman dan lainnya yang ditanam selama ini tidak cocok.

“Sehingga berdampak pada hasil produksi. Untuk konsultan pertanian bisa kita kerja sama dengan Universitas Siliwangi, karena ada Fakultas Pertanian atau dengan IPB,” terangnya.

Lalu terakhir itu Demplot, sebagai Demontration Plot metode penyuluhan pertanian kepada petani, dengan cara membuat lahan percontohan, agar petani bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemontrasikan dan dicontoh.

“Ini petani bisa praktek daripada sekedar memberikan pengetahuan secara teoritis. Dengan didukung hal diatas, maka petani harus untung dan bangkit karena pasar tersedia luas terbukti kapasitas produksi petani kota Tasik belum bisa memenuhi semua kebutuhan, konsumsi masyarakat, sehingga kekurangannya mendatangkan dari luar,” pungkasnya. Blade.

Berita Terkait