Bertempat di Fikes Umtas, Grand Opening Milad Muhammadiyah ke 108 Berlangsung

 

Bertempat di Fikes Umtas, Grand Opening Milad Muhammadiyah ke 108 Berlangsung | Suslia

Kota, Wartatasik.com – Grand opening Milad Muhammadiyah ke 108 mengambil tema meneropong kepemimpinan masa depan Muhammadiyah kota Tasikmalaya di aula Fikes Umtas, Kamis (19/11/2020).

Pimpinan Muhammadyah Jabar Dadang Sarifudin mengatakan, fenomoena erupsi sudah terjadi duluan daripada pandemi Covid 19 dan sangat erat kaintannya dengan pendidikan, ekonomi serta aspek lainnya.

Menurutnya, terkait dengan pandemi bertolak dari keyakinan keagamaan tetapi Muhammadyah sudah menyikapinya secara personal, mulai dari PAUD sampai universitas dan ponpes di perintahkan untuk tidak belajar dan mengajar tatap muka.

“Prihatian memang, Muhammadiyah Jabar sudah menutup sejak awal, pondok pesantren santri libur bulanan sampai hari ini. Namun, sebelum benar teridentifikasi, kami tidak hanya melakukan pertahanan, lebih melakukan hal yaitu pencegahan,” ungkapnya.

Lanjut Dadang, ada kesadaran dikalangan muda IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) tidak hanya diproyeksikan ada banyak peluang. Selain itu, terdapat tiga dimensi kader yang menjadi proyeksi diri yaitu kader perserikatan, kader umat, kader bangsa danumbung kader ulama adanya di kota Tasikmalaya.

“Ada 3 ponpes Muhamadiyah dan bisa tumbuh berkembang. Diharapkan muncul akademisi muslim dengan tujuan ikatan mahasiswa sendiri, berbasis keulamaan, beda dengan yang lain,” ucap Dadang.

Ketua Umum pimpinan cabang IMM Rizal Purnama mengaku tidak pernah lelah untuk membangun Muhammadyah di kota Tasikmalaya,” Kita mencoba menggali lebih dalam indikator yang pernah memimpin di kota Tasikmalaya ini, sesuai tema yang kita ambil hari ini,” ujarnya.

Adapun kata Rizal, esensi dari kegiatan ini adalah bagaimana sosok pemimpin Muhammadyah kedepannya untuk bisa mengimplementasikan dan mengaktualisasikan yang menjadi rujukan tema besar pimpinan pusat Muhammadiyah.

“Apabila ortom (organisasi ortonom) tidak di rawat, maka degradasi perkakaderan akan terjadi kemunduran, maka karakter yang disukai adalah ortom, kalau sesuai untuk ideal,” harapnya.

Rizal ingin, bisa mempunyai rumah sakit Muhammadiyah di kota Tasikmalaya dan panti asuhan dan berharap pemimpin selajutnya bisa memperjuangkan dan mengusahakannya.

Apalagi terang Rizal, di tengah pandemi ini Muhammadiyah di kenal dengan kesehatannya. Jadi sangat tidak mungkin dan malu di kota besar ini secara ekonomi tersiar tidak memiliki rumah sakit Muhammadiyah.

“Saat ini ada 3 pesantren dan kami terus mendorong serta tidak hanya ponpes saja yang harus dikembangkan, tentunya sektor ekonomi pun harus di kembangkan,” tutur Rizal.

Karena imbuhnya, melihat kota santri mempunyai sejarah bahwa santri pesantren menjadi garda terdepan apabila terjadi sesuatu. Dan untuk pendidikan, Muhamadiyah sudah mempunyai tingkat pendidikan dari SD, SMP, SLB, SMA, Universitas.

“Namun yang menjadi khawatir adalah semakin besar Muhammadyah, semakin jauh dari wong cilik atau masyarakat tak mampu. Bagaimanapun, kembali lagi ke pemimpin Muhammadyah yang menjadi tolak ukurnya. Kalau memang tidak berpihak kepada wong cilik atau masyarakat tidak mampu, sebagus apapun visi misi muhamadiyah tetap tidak akan terwujud,” pungkasnya. Suslia

Berita Terkait