Caves Society Sebut Kawasan Karst di Tasikmalaya Bisa Dijadikan Laboratorium Alam

Caves Society Sebut Kawasan Karst di Tasikmalaya Bisa Dijadikan Laboratorium Alam | Ndhie

Kabupaten, Wartatasik.com – Kawasan batu gamping atau karst, yaitu batuan endapan yang pada mulanya terbentuk di dasar laut yang tersusun dari rumah binatang koral yang terbentuk dalam kurun waktu dan sangat lama, melalui proses geologi akhirnya rumah binatang koral tersebut terangkat ke permukaan laut dan membentuk batuan (coral reef) yang disebut batu gamping.

Selanjutnya oleh proses air yang umumnya air hujan dengan kantungan CO2 didalamnya maka terjadilah proses kimiawi hingga membentuk rongga dengan berbagai bentuk dan ukuran, dalam kurun waktu ribuan tahun atau lebih. Endapan batu gamping semacam ini disebut karst.

Secara geomorfologis, kawasan karst merupakan daerah yang dominan berbatuan karbonat. Kawasan karst merupakan kawasan yang mudah rusak, batuan dasarnya mudah larut sehingga mudah sekali terbentuk gua-gua bawah tanah dari celah dan retakan.

Karst dicirikan dengan terdapatnya cekungan tertutup dan atau lembah kering dalam berbagai ukuran dan bentuk, langkanya atau tidak terdapatnya drainaseatau sungai permukaan dan terdapatnya gua dari sistem drainase bawah tanah.

Ketua Caves Society Aris Sodong menyebut Keberadaan kawasan karst Tasikmalaya selalu diketahui sebagai sumberdaya bahan galian untuk bahan bangunan, padahal kawasan karst banyak memiliki nilai yang penting. Nilai-nilai penting kawasan karst tersebut yaitu ekologi, ekonomi, ilmiah, dan sosial budaya.

Secara nyata terangnya, nilai-nilai tersebut dapat ditemui dari pariwisata, sarang walet, bahan tambang, sumber air, gua dan lain-lain. Selain itu kawasan karst merupakan laboratorium alam yang dapat digunakan sebagai objek penelitian.

“Karst adalah sumberdaya alam yang tidak terbarukan, mudah rusak, sekali rusak tidak dapat pulih kembali, rentan terhadap pencemaran, namun memiliki berbagai nilai strategis, antara lain nilai ekonomi, ekologi, kemanusiaan, estetika dan ilmiah,” ucapnya, Minggu (28/03/2021).

Selain memiliki aneka nilai katanya, kawasan karst juga memiliki banyak fungsi, antara lain fungsi ekologi (gua-guanya merupakan habitat hewan terbang yang memang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekologi, seperti burung walet, burung sriti, kelelawar), fungsi sosiobudaya (merupakan lokasi pemukiman dengan penduduk yang memiliki tradisi, legenda, kepercayaan yang melekat pada lokasi tersebut) dan fungsi pendidikan (dalam bidang arkeologi, paleontologi, vegetasi endemis, karstologi, speleologi, konservasi, hidrologi, ilmu pariwisata).

“Kerusakan salah satu bagian kecil kawasan karst, misalnya akibat melebarkan lubang masuk kedalam gua akan berpengaruh pada perubahan derajat suhu dan kelembaban udara endokarst, membabat habis vegetasi eksokarst atau mengambil batu gamping untuk bahan tambang, bisa berakibat mengeringnya sumber-sumber air karst. Tidaklah berlebihan jika kawasan karst dinyatakan bersifat rentan, mudah rusak, dan sekali rusak tidak dapat diperbaiki,” ujarnya.

Menurutnya, salah satu potensi kawasan karst yang bernilai ekonomi ialah sebagai bahan tambang. Bila tidak berlandaskan kesadaran dan pengertian, bahwa kawasan karst juga banyak memiliki nilai non-tambang, maka pada umumnya kawasan karst dieksploitasi secara berlebihan dari segi pertambangan saja, maka hancurlah nilai-nilai non-tambang lainnya.

“Itu sebabnya, mutlak perlu dilaksanakan secara intensif, sebelum pihak manapun mendayagunakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaiki ini, strategi inilah yang wajib dijadikan landasan pola pemanfaatan kawasan karst secara lokal maupun nasional, yang sifatnya berkelanjutan dan bijaksana,” tandasnya. Ndhie

Berita Terkait