Objek Wisata Situ Gede Tak Diurus, Disporabudpar Kemana?

Nampak akses jalan di objek wisata Situ Gede memprihatinkan | A.H

Kota, Wartatasik.com – Situ Gede merupakan objek wisata yang berada di tengah Kota Tasikmalaya berada di Kelurahan Linggajaya Kecamatan Mangkubumi. Eksistensinya menyajikan pemandangan air situ dan pulau di tengah situ.

Dari pulau tersebut terdapat peninggalan situs budaya dan sejarah karena terdapat makam keramat Prabudilaya. Dengan menggunakan perahu yang di sewakan, pengunjung bisa menyebrang atau mengelilingi dan merasakan keindahan situ tersebut.

Namun sangat disayangkan, sekian lama berjalan obwis tersebut yang di kelola oleh Dinas Pariwisata ternyata perawatannya sangat minim, itu bisa dilihat dari jalan dan penataan warung warungnya tidak di tata rapih. Nampak sampah berserakan baik di situnya maupun area warung terkesan tidak dirawat.

Hanya ada perawatan dari Dinas PSDA Ciwulan-Cilaki, sedangkan dari Dinas Pariwisatanya sendiri tidak ada perhatian, padahal tiket tiap hari sebesar Rp 5.000 per orang yang masuk ke obwis itu selaku di pungut oleh para petugas yang di tunjuk oleh Dinas Pariwisata.

Seperti yang diutarakan oleh pihak PSDA yang enggan disebutkan namanya. Ia menyebut, untuk perawatan khusus Situnya memang PSDA yang selalu melakukan kegiatan kebersihan, diantaranya yang terakhir pada tahun ini adalah membuang rumpun rumpun bambu yang di pasang oleh para pencari ikan.

Karena kata ia, hal itu bisa mengakibatkan rusaknya pemandangan dan bahkan menjadi penampungan sampah yang terbawa oleh air. Kami pun selalu mengontrol debit air, guna manjadi manfaat bagi mereka yang ingin refreshing juga bisa mengairi kebutuhan air di wilayah tersebut.

“Namun sejauh ini untuk koordinasi dan kontribusi dari Dinas Pariwisata ke PSDA tidak ada, padahal pihaknya selalu mengalokasikan dana dari pusat untuk pemeliharaan tersebut,” ujarnya, Rabu (09/12/2020).

Senada, Humas Komunitss Peduli Pariwisata (Kompepar) Tatang Sutarman mengamini apa yang dikatakan oleh staf PSDA. Tatang mengaku prihatin karena selama untuk koordinasi dan informasi dan komunikasi saja sangat sulit dari Disporabudpar kepada Kompepar.

“Beda dengan Kompepar Kota lain, mereka sangat diperhatikan dan bisa membanggakan hasil karyanya. Sedangkan untuk Kota Tasikmalaya dari semenjak turunnya SK sampai hari ini tidak ada perhatiannya sama sekali kepada kami,” papar Tatang.

Makanya lanjut Tatang, Kompepar fakum dan dianggap tidak berguna oleh asumsi masyarakat. Padahal keberadaan Kompepar dari awal sampai saat ini selalu memperhatikan perkembangan tempat tempat wisata.

“Jangankan pemperdayaan kita minta kantor saja tidak terlelisasi, apalagi kita minta yang lain demi menunjangnya kemajuan pariwisata. Jadi seolah olah kita ini tidak di anggap mungkin Disporabudpar menganggap ke kita ini alergi enggan untuk merangkul kami,” tuturnya.

Menurut Tatang, Situ Gede adalah destinasi wisata yang sangat hidup di Kota Tasikmalaya, retrebusi ditarik terus namun hasil retrebusi kemana, karena yang terlihat malah diabaikan dan jika begitu caranya ngapain harus ada retribusi ke pengunjung.

Sedangkan kata Tatang, kontribusi dari Disporabudpar sendiri sangat nihil tidak ada perhatiannya sama sekali, kalau uangnya mau tapi timbal baliknya tidak ada. Inikan salah satu aset Kota Tasikmalaya yang dinikmati oleh masyarakat sekitar, bahkan luar.

“Contohnya seperti sampah, baik yang di darat ataupun yang di air, jalan yang rusak, sarana umum seperti tempat ibadah dan toilet dan penataan warung area wisata tidak adanya Satgas kaemanan,” papar Tatang.

“Apakah mereka peduli melakukan dan menyediakan fasilitas, semua itu tidak ada namun hasilnya mereka mengharapkan dan menikmati. Dan saya perhatikan juga tentang tiket hanya 40 persen saja yang di berikan ke pengunjung 60 persennya kemana?,” tambahnya.

Jelas Tatang, karena pengontrolan pendapatan oleh pemerintah diantaranya keluar masuknya tiket pengunjung. Ia yakin Kepala Disporabudpar tidak memiliki skill atau planing untuk kemajuan tempat tempat wisata.

Karena sejauh ini yang Kompepar perhatikan tempat wisata tidak ada perubahan, bahkan tambah hancur di akibatkan tidak adanya cashback dari Disporabudpar hanya PSDA dan selalu PSDA saja yang mengerti akan perawatan ini semua.

“Seharusnya Disporabudpar dan PSDA berkolaborasi demi meningkatnya Objek wisata, kasihan PSDA dong bertepuk sebelah tangan,” pungkas Tatang. A.H

Berita Terkait