Pembelajaran Jarak Jauh; Mimpi Buruk Bagi Siswa

Mochamad Akmal Fachreza | ist

Referensi – Kegiatan belajar mengajar merupakan kewajiban seorang murid dan pengajar, sehingga sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Dari mulai jenjang SD, SMP, SMA hingga jenjang Perguruan Tinggi.

Namun, kali ini harus berbeda, pandemi menghentikan mobilitas kita, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan. Biasanya murid dan pengajar bisa saling bertatap muka di dalam kelas berisikan sekitar tiga puluh orang.

Kini, pandemi mengubah cara belajar tersebut, yang selama pandemi kegiatan belajar mengajar ini dilakukan di rumah masing-masing. Terdengar naif memang, kegiatan yang seharusnya dilakukan bersama-sama kini harus dilakukan sendiri-sendiri.

Hal ini merupakan bentuk preventif agar penyebaran virus tidak meluas. Sebagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka percepatan penanganan COVID-19.

 Satu Bulan Belajar Online, 72,8% Siswa Mengeluh Penumpukan Tugas. (beritasatu.com).

Tugas Menumpuk Jadi Kesulitan Terbesar Siswa saat Belajar Jarak Jauh. (databoks.katadata.co.id)

Kegiatan pembelajaran secara Daring ini tentunya berbeda dengan pembelajaran tatap muka seperti biasanya, di dalam pembelajaran Daring, siswa hanya mendapatkan tugas dan tidak mendapatkan materi yang cukup, sesekali pengajar melakukan virtual meeting itu pun dengan keterbatasan waktu juga keterbatasan koneksi internet.

Pembelajaran seperti itu tentunya tidak akan efektif, siswa hanya dibebani tugas tanpa adanya penjelasan yang jelas mengenai tugas tersebut.

Rasa bosan dan jenuh sudah menjadi rutinitas semua orang selama pandemi ini. Begitu juga dengan siswa dalam melakukan pembelajaran Daring ini.

Setiap hari dibebani tugas dengan tenggat yang begitu cepat, yang seharusnya di masa pandemi seperti ini, lebih baik mengisi waktu dengan olahraga, menjaga pola makan yang sehat juga pikiran yang sehat.

Namun, karena tugas tersebut, waktu para siswa terkuras hanya untuk mengerjakan tugas. Walaupun begitu, sebagai siswa tetap harus melakukan hal tersebut karena itu menjadi satu-satunya cara untuk tetap melakukan kegiatan belajar mengajar yang sudah menjadi kewajiban seorang siswa.

Semua orang merasa kesulitan akibat dari pandemi ini. Masa-masa sekolah yang seharusnya menjadi kenangan indah dengan teman-teman, kini harus kehilangan momen-momen indah itu. Mereka tidak bisa bertemu satu sama lain, melainkan hanya berdiam diri di rumah.

Penumpukan tugas menjadi salah satu masalah utama dalam pembelajaran Daring. Hal ini disebabkan karena para siswa setiap harinya mendapatkan tugas yang begitu banyak, tidak seperti pembelajaran tatap muka yang lebih mengutamakan penjelasan materi.

Siswa Bunuh Diri karena Tugas Daring, Belajar Jarak Jauh Dinilai Perlu Evaluasi (m.liputan6.com)

Penumpukan tugas selama pembelajaran Daring sangat berdampak besar bagi para siswa. Bagaimana bisa seorang siswa tertekan bahkan hingga bunuh diri hanya karena tugas?

Banyak faktor yang membuat pembelajaran Daring ini begitu berat dijalani oleh para siswa. Di masa pandemi ini mobilitas kita dibatasi, hanya bisa berdiam diri di rumah setiap harinya.

Hal ini membuat banyak orang merasa tertekan, ini juga terjadi pada siswa disaat orang lain mencari hiburan agar tidak stres, para siswa ini harus tetap menjalankan kewajibannya mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas.

Namun tugas yang diberikan terlalu banyak sehingga menghabiskan waktu para siswa waktu yang seharusnya digunakan untuk istirahat habis digunakan untuk mengerjakan tugas.

Suasana rumah dan tekanan orang rumah juga sangat berpengaruh bagi siswa dalam pembelajaran Daring. Sering kali orang tua di rumah menganggap anaknya sedang tidak melakukan apa-apa.

Mereka mengira anaknya hanya bermain gadget dan memiliki banyak waktu luang, sehingga orang tua sering kali meminta bantuan anaknya untuk membantu pekerjaan rumah.

Yang mereka tidak tahu bahwa anaknya tersebut sedang melakukan pembelajaran Daring yang mengharuskan menggunakan gadget sehingga menganggap anaknya hanya bermain dan memiliki waktu luang.

Terlalu banyak kewajiban yang diberikan kepada anak, baik di sekolah selaku siswa maupun di rumah selaku anak, membuat mereka tidak punya waktu untuk sekadar mencari hiburan di tengah tekanan selama pandemi ini.

Perlu adanya kepedulian dari keluarga, pihak sekolah dan pemerintah terkait perubahan cara belajar mengajar selama pandemi, bersama-sama adaptasi menghadapi perubahan kondisi selama masa pandemi ini.

Selama pembelajaran Daring ini, menyadarkan kita bahwa belajar tatap muka ditemani guru sangatlah penting dan dibutuhkan. Terlepas dari itu, semoga kita mendapat solusi dari permasalahan di atas dan pandemi segera berakhir. Ditulis oleh:  Mochamad Akmal Fachreza

Berita Terkait