Tips Mengatasi Kendala Keterampilan Membaca Permulaan Siswa Kelas III Sekolah Dasar

Wiwi Yuliani, S.Pd. | dokpri

Referensi – Pandemi Covid-19 telah melahirkan beberapa tantangan dan kendala yang dihadapi siswa, guru, dan orang tua dalam pembelajaran daring.

Tantangan yang terkait dengan siswa yaitu komunikasi dan keterampilan sosial sangat terbatas diantara siswa, dan tantangan yang lebih besar bagi siswa berkebutuhan khusus.

Para orang tua menemukan bahwa lebih banyak masalah terkait dengan kurangnya kedisiplinan di rumah dan lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk membantu anak-anak belajar di rumah, terutama untuk anak-anak kelas rendah, kurangnya keterampilan dalam teknologi dan biaya internet yang lebih tinggi.

Demikian pula dengan guru memiliki lebih banyak tantangan, termasuk dalam pemilihan metode pengajaran yang tepat, kurangnya keterampilan teknologi yang menghambat potensi pembelajaran daring, komunikasi yang memakan waktu dengan orang tua, dan tagihan internet yang lebih tinggi.

Saat ini telah memasuki pembelajaran tatap muka dan ada banyak pekerjaan (guru/siswa/orang tua) yang tertunda yang mestinya dituntaskan. Contohnya keterampilan membaca permulaan siswa kelas rendah.

Bagi guru kelas rendah di sekolah dasar membelajarkan membaca permulaan bukan merupakan pekerjaan mudah, dalam praktiknya terdapat banyak kendala.

Tulisan ini bertujuan untuk mengatasi dampak proses pembelajaran daring sebagai akibat Pandemi Covid-19 yang berlangsung selama berbulan-bulan.

Hampir seluruh pembelajaran terdampak oleh situasi Pandemi Covid-19, khususnya terhadap keterampilan membaca permulaan pada siswa kelas III sekolah dasar di tempat penulis bertugas.

Dari 24 orang siswa pada kelas penulis belum lancar membaca sekitar 46% atau sekitar 11 orang siswa terkendala dalam kemampuan membaca.

Tentu saja hal ini menjadi kedala tersendiri dalam mengelola pembelajaran selanjutnya. Untuk itu, penulis berupaya menerapkan berbagai tips untuk mengatasi pembelajaran tersebut.

Salah satu dampak Pandemi Covid-19 saat ini terjadi ketidakstabilan dalam proses belajar-mengajar, banyak efek yang dialami oleh peserta didik, khususnya kelas rendah.

Banyak anak yang naik kelas, tetapi tidak mampu membaca, sehingga diperlukan kreativitas guru untuk membelajarkan cara-cara terbaru agar peserta didik yang tidak mampu membaca dapat membaca.

Berikut tips dari pengalaman penulis yang mungkin bisa dibagikan untuk membelajarkan anak-anak membaca, khususnya untuk siswa kelas III sekolah dasar.

Mengenalkan kembali huruf mulai A – Z;

Dengan bimbingan guru para siswa kembali belajar menulis huruf A – Z secara berulang. Hal ini terus dan terus dilakukan minimal sebanyak 5 – 10 kali setiap harinya.

Hingga diyakini bahwa tangan anak sudah lemas dalam memegang alat tulis dan anak telah mampu merekam bentuk-bentuk huruf. Contoh anak terampil dalam membedakan huruf b dan d; huruf n dan u; dan seterusnya.

Mengenalkan kembali cara membaca dengan metode yang paling dikuasai oleh guru

Mengenalkan kembali cara membaca dua hingga tiga suku kata dan menuliskannya secara berulang. Hal ini terus dan terus dilakukan minimal sebanyak 5 – 10 kali setiap harinya. Hingga guru yakini bahwa semua siswa telah terampil dalam melakukannya.

Mengenalkan kata

Mengenalkan kata dengan menugaskan anak-anak untuk belajar menuliskan nama-nama anggota keluarga, tetangga, nama-nama buah, nama hewan, nama tumbuhan, dan nama benda-benda yang terlihat di sekitarnya. Hal ini terus dan terus dilakukan secara berulang setiap harinya. Hingga guru yakini bahwa semua siswa telah terampil dalam melakukannya.

Mengenalkan kalimat sederhana

Mengenalkan kalimat sederhana dengan menugaskan anak-anak untuk belajar menyusun kalimat dengan menggunakan nama-nama anggota keluarga, tetangga, nama-nama buah, nama hewan, nama tumbuhan, dan nama benda-benda yang terlihat di sekitarnya.

Hal ini terus dan terus dilakukan secara berulang setiap harinya. Hingga guru yakini bahwa semua siswa telah terampil dalam melakukannya.

Menulis cerita sederhana yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari seperti
Menulis cerita sederhana yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari seperti; kegiatan selama di rumah, kegiatan di sekolah, dan kegiatan bersama teman-temannya di lingkungan sekitarnya.

Hal ini terus dan terus dilakukan secara berulang setiap harinya. Hingga guru yakini bahwa semua siswa telah terampil dalam melakukannya.

Langkah-langkah tersebut di atas akan terwujud jika kita sebagai guru fokus pada hal-hal tersebut setiap harinya, dalam arti guru membelajarkan peserta didik keluar dari kurikulum yang seharusnya.

Cara ini sesuai dengan teori belajar stimulus respon dan teori belajar kontruktivisme. Teori belajar stimulus respon mengharuskan kita sebagai guru untuk mengajarkan sesuatu secara berulang.

Sementara teori belajar kontruktivisme mengharuskan kita sebagai guru untuk mengajarkan peserta didik sesuai dengan realita yang ada di sekitarnya dan biasa dilihat setiap harinya.

Maka dengan memadukan kedua teori ini dalam pembelajaran, akan tercipta hasil yang maksimal terutama pembelajaran membaca untuk anak-anak yang lambat membaca.

Tips ini akan berhasil jika dilaksanakan dengan penuh kesabaran, rutin setiap harinya, anak-anak diberi ketegasan yang penuh, diberi reaward yang sesuai dan apabila tidak melaksanakan tugas diberikan pula hukuman yang mendidik.

Hukuman bisa berbentuk penguatan positif dan penguatan negatif disesuaikan dengan karakter masing masing anak. Karakter mempengaruhi cara anak belajar dan merespon sesuatu. Oleh karena itu, dalam memberikan penguatan ini harus tepat sehingga memberikan motivasi pada anak-anak untuk terus belajar.

Penulis:

Wiwi Yuliani, S.Pd.

(Guru Kelas III SDN 1 Cikalang, Kec. Tawang)

Berita Terkait