Bonus Demografi Terancam Gagal

ANDRI IRAWAN

Indonesia diprediksi akan mendapatkan anugerah bonus demografi pada rentang tahun 2020 – 2030. Bonus demografi adalah rasio ketergantungan yang kecil dimana proporsi penduduk usia produktif jauh lebih besar daripada usia nonproduktif. Titik terendah rasio ketergantungan mencapai 44,2 %, artinya setiap 100 penduduk yang produktif hanya akan menanggung sekitar 44 penduduk yang tidak produktif. Usia produktif yaitu 15-64 tahun, sedangkan usia nonproduktif adalah usia dibawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas.

Generasi muda akan jadi pemeran utama yang menjadi penentu keberhasilan fenomena bonus demografi itu. Namun hal tersebut terancam gagal jika penduduk Indonesia khususnya generasi muda masih minim kesadaran untuk membaca buku. Rendahnya budaya membaca generasi muda begitu mengkhawatirkan dan perlu mendapatkan perhatian banyak pihak, karena mereka merupakan pewaris bangsa ini. Bangsa Indonesia akan hebat jika penduduknya menguasai ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan diperoleh dari literasi.

Kesadaran membaca generasi muda masih sangat rendah. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang gemar membaca hanya 13,11 % pada tahun 2015 merosot dari 18,94 % pada tahun 2009. Jika kondisi ini terus menurun, maka bonus demografi bisa menjadi bencana. Pasifnya kesadaran membaca anak muda yang merupakan generasi produktif bisa meningkatkan masalah sosial seperti kenakalan remaja, kriminalitas, pengangguran hingga kemiskinan, hal ini tentu sangat tidak harapkan.

Fenomena Generasi Produktif

Jika kita cermati, jarang sekali melihat anak muda beraktivitas dengan buku. Yang sering kita lihat adalah pemandangan mereka yang sibuk nonton, jalan-jalan, berselfie, menghabiskan waktu untuk bermain game, serta berpetualang di dunia maya. Kegiatan-kegiatan semacam itu tentu tidak produktif dan sangat disayangkan jika mereka lebih memilih melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat dibandingkan menggali ilmu lewat buku.

Jangan biarkan penerus bangsa dikuasai dan terbuai oleh kemajuan teknologi dan informasi, justru sebagai tumpuan bangsa ini, generasi muda harus bisa menciptakan teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa. Jauhkan rasa malas yang selalu membelenggu generasi muda, jangan sampai rasa malas itu mendarah daging sehingga mereka tidak mampu berbuat hal-hal yang produktif. Hiburan dengan bermain game, nonton dan lain-lain itu boleh saja tetapi jangan sampai lupa waktu dan jangan dijadikan sebagai suatu kebiasaan apalagi suatu kebutuhan.

Maraknya pergaulan bebas, narkoba, pencurian dan aksi kriminal lainnya yang menjerat generasi produktif sangat memprihatinkan. Hal ini perlu segera diatasi jika negeri ini ingin bertransformasi menjadi negara maju melalui fase bonus demografi. Namun, jika aksi-aksi tersebut tidak bisa ditekan maka melimpahnya generasi produktif akan menjadi sebuah bencana demografi bagi bangsa ini.

Keterkaitan Budaya Membaca dengan Kemajuan Bangsa

Fakta sejarah membuktikan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang budaya membacanya sangat baik. Negara-negara yang mempunyai budaya membacanya sangat baik diantaranya Finlandia, Amerika, Jerman hingga Jepang. Di Jepang saja hampir semua penduduk usia 15 tahun ke atas mampu membaca, penduduk jepang membudayakan membaca buku sejak dini kapan pun dan dimana pun, itu menggambarkan bahwa literasi di negara tersebut sangat baik.

Sejarah mencatat, bangsa Indonesia diperjuangan dan didirikan oleh orang-orang yang hebat dan cerdas. Jika pada masa lampau penduduk Indonesia tidak ada yang gigih menggali ilmu pengetahuan, mungkin bangsa ini akan terus dijajah oleh bangsa lain, karena akan terus terperangkap dengan kebodohan dan akan tetap dibodohi oleh penjajah. Dengan demikian terbuktilah bahwa ilmu pengetahuan mempunya keterkaitan yang sangat positif terhadap kemajuan suatu bangsa.

Jumlah penduduk berusia produktif yang melimpah pada fase bonus demografi akan menjadi suatu keuntungan seandainya penduduk berusia produktif tersebut melakukan hal – hal yang produktif. Apalah artinya usia produktif jika tidak mampu berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk kemajuan diri sendiri maupun bangsa.

Bangsa ini akan terlepas dari kemiskinan, pengangguran, kebodohan, dan masalah sosial lainnya jika penduduknya berwawasan luas. Karena dengan berwawasan luas akan menimbulkan pemikiran yang kreatif dan inovatif yang dapat menciptakan peluang kesuksesan.

Pemerintah perlu memfasilitasi generasi muda dengan menyediakan berbagai media literasi yang mampu membentuk karakter dan keahlian penduduk usia produktif, sehingga mampu berkreasi dan menciptakan lapangan kerja sendiri tidak tergantung menjadi pekerja atau buruh.

Buku Gudang Ilmu

Generasi muda yang keren adalah yang mempunyai kualitas serta mampu berperan positif dalam pembangunan nasional di berbagai bidang. Untuk berkontribusi terhadap negeri ini dibutuhkan ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi.

Buku merupakan sumber ilmu, dengan buku lah kualitas hidup akan meningkat dan akan terhindar dari jurang kebodohan. Dari dalam buku, akan mendapatkan berbagai khasanah ilmu pengetahuan dan inspirasi yang akan menjadikan Indonesia menjadi bangsa yang penduduknya berintelektual dan berkepribadian luhur.

Mengoptimalkan Bonus Demografi

Bangsa Indonesia perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi bonus demografi, agar pada saat itu memang benar-benar tercipta generasi emas yang pada akhirnya akan menjadikan Indonesia menjadi negara maju yang disegani. Jangan sampai fenomena bonus demografi yang sudah digembor-gemborkan akan menjadi keuntungan dalam pembangunan malah menjadi beban demografi yang akan menimbulkan masalah-masalah yang lebih rumit dan menghambat pembangunan nasional.

Bangsa ini perlu kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, butuh generasi-generasi muda yang hebat agar negeri ini menjadi negeri yang makmur. Sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris bangsa dan penerus estafet kepemimpinan, mari persiapkan diri untuk menyambut bonus demografi karena generasi muda lah pelaku utama untuk mensukseskan anugerah bonus demografi itu.

PENULIS​: ANDRI IRAWAN (PNS di Badan Pusat Statistik Kab. Tasikmalaya)

Berita Terkait