Benarkah Mendongeng Masih Bisa Menjadi Pilihan?

Fatna Yustianti – Alumni UPI Bandung/UNJ | dokpri

Referensi, Wartatasik.comSalah satu warisan leluhur yang merupakan media didik nan unik adalah mendongeng. Mungkin kita para orang tua, masih ingat masa-masa kecil di mana orang tua kita memberikan dongeng saat kita akan tidur.

Tema yang diceritakan tentu saja berbeda-beda, dari mulai dongeng fabel, (misalnya kancil dan buaya, moyet dan kura-kura, legenda (asal-usul), mite (dewi, peri), sage (kehebatan, kepahlawanan) hingga dongeng bergenre parabel (seperti malin kundang). Bahkan, begitu excited­-nya dengan ceritanya, tak jarang cerita itu sampai terbawa ke alam mimpi.

Namun kini, benarkah mendongeng masih bisa menjadi pilihan dalam membentuk perkembangan anak, padahal disisi lain fenomena gedget sudah menjadi media yang lebih menarik bagi dunia anak?

Tentang mendongeng, Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada sambutannya di hari Mendongeng Nasional di Perpustakaan Kemendikbud mengatakan bahwa kegiatan mendongeng yang dilakukan oleh para orang tua dapat melatih imajinasi anak.

Sehingga menyarankan agar para orang tua membacakan dongeng kepada anak-anaknya. (https://news.detik.com/berita/d-4799587/kala-istri-mendikbud-nadiem-mendongeng-kancil-bukan-anak-nakal-ke-siswa-sd).

Hal ini dikarenakan mendongeng dapat menumbuhkan imajinasi anak yang kemudian akan menumbuhkan ide-ide, mengasah daya pikir dan mengembangkan kreativitas anak.

Cerita (dongeng) dapat membentuk visualisasi pada otak seorang anak. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Secara perlahan kreativitas anak akan terlatih.

Selanjutnya, anak yang terbiasa mendengarkan cerita, ia akan kaya dengan kosa kata, dan lebih mudah mengungkapkan isi hati dan pemikirannya, baik secara lisan maupun tertulis. Ia pun akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan ekspresif, karena akan lebih mampu mengungkapkan segala hal yang muncul dipikirannya.

Benerkah mendongeng salah satu cara untuk mempererat hubungan antara anak dengan orang tua?

Sebagian besar anak-anak sangat excited­ ketika disuguhkan cerita (dongeng). Ia akan mendengarkan, dan menyimaknya dengan seksama, walaupun tak jarang tertidur karena terlena dengan ceritanya, bahkan banyak pula anak-anak yang hanya mau tidur jika terlebih dahulu diberi dongeng.

Tentu saja aktivitas mendongeng yang dilakukan setiap hari ini akan mempererat hubungan emosional antara anak dengan orang tuanya, nenek/kakek dengan cucu, kakak dengan adik-adiknya.

Hal ini dikarenakan dalam aktivitas mendongeng terjadi interaksi yang begitu intens sehingga menciptakan hubungan yang sangat erat, menumbuhkan pengertian sejak dini antar anggota keluarga.

Bahkan para ahli psikologi pun menyarankan agar orangtua membiasakan mendongeng untuk mengurangi pengaruh buruk alat permainan modern.

Hal ini penting mengingat interaksi langsung antara anak dengan orangtuanya melalui bercerita sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak menjelang dewasa.

Lalu bagaimana mendongeng bisa menjadi media yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai dan etika serta mengembangkan intelegensi?

Mendongeng jika dikemas dengan baik dapat menanamkan nilai budi pekerti, seperti kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, berempati, suka menolong; bisa juga menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, seperti rajin menabung, menjaga kesehatan, membuang sampah pada tempatnya, dan lain-lain.

Melalui mendongeng, anak akan merasa tidak sedang diajari/digurui sehingga segala bentuk nasihat akan mudah menyerap di benaknya karena dari cerita banyak menyisipkan nasihat-nasihat sehingga secara tidak langsung akan menumbuhkan sikap-sikap positif dari hati seorang anak.

Kaitannya dengan multiple intelegency, Garner, seorang yang memunculkan teori multiple intelegency menyatakan bahwa pada dasarnya tiap anak bisa memiliki beberapa kemampuan.

Namun, kadang-kadang kemampuan itu tidak muncul atau bahkan tidak diketahui oleh siapapun sehingga akibatnya kemampuan yang seharusnya menjadi kelebihan, justru tidak menjadi apa-apa.

Karena itu, sebaiknya orang tua sedini mungkin dapat memancing untuk memunculkan kemampuan-kemampuan yang belum tergali tersebut. Hal ini salah satunya dapat dilakukan melalui dongeng.

Karena dengan dongang, anak akan lebih ekpresif dalam bersikap, lebih kritis, dan cerdas. Anak juga bisa memahami mana yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru.

Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar, di samping memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang lain.

Bagaimana minat baca bisa ditumbuhkan melalui mendongeng?

Mendongeng bisa dilakukan dengan cara membacakannya dari buku-buku. Biasanya jika seorang anak tertarik pada satu tema tertentu, ia akan meminta untuk mengulang-ulang ceritanya. Ini merupakan indikasi bahwa anak sudah mampu memilih cerita yang ia sukai.

Jika cerita tersebut merupakan cerita yang ada dalam sebuah buku maka tentu saja anak akan begitu sayang terhadap buku tersebut, dan menjaga buku tersebut dengan baik, dan satu waktu ia akan meminta orang tuanya untuk membacakannya kembali atau membeli buku baru yang isinya kisah-kisah yang ia suka.

Dari sinilah ketertarikan anak terhadap sebuah buku mulai tumbuh, yaitu diawali dengan buku-buku cerita yang ia sukai, kemudian lambat laun bisa meluas pada buku-buku lain, seperti buku-buku nonfiksi (buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya).

Bagaimana agar kegiatan mendongeng menjadi kegiatan yang menyenangkan?

Untuk hal yang satu ini memang perlu strategi. Misalnya pemilihan waktu untuk mendongeng yang tidak perlu harus selalu di malam hari. Siang atau sore pun, bisa. Tapi tentu saja, pilihlah waktu yang dirasa paling nyaman. Lalu yang tak kalah penting adalah dalam memilih tema cerita.

Sebaiknya pilihlah tema-tema yang seru dimata anak, dan pastinya sesuaikan dengan usia anak, minat, dan kebutuhan anak. Selain itu, ciptakan suasana agar kegiatan mendongeng lebih menarik, misalnya dilakukan dengan disertai media berupa gambar, dengan begitu cerita yang diangkat dalam dongeng bisa lebih tereksplorasi.

Kemas cerita sebaik mungkin, sehingga mampu mendorong anak untuk aktif bertanya, menanggapi, mengemukakan gagasan, baik saat aktivitas mendongeng berlangsung ataupun setelah kegiatan mendongeng telah usai.

Tentang mendongeng ini, Kak Adhi, seorang pendongeng profesional, menyatakan bahwa ”Dongeng itu mempengaruhi pola pikir seorang anak ketika dia dewasa dan salah satu efek mendongeng adalah ’meningkatkan kemampuan menulis anak’.

Mendongeng pun merupakan suatu cara yang paling efektif untuk memberikan nasehat, pesan, pencerahan, dan motivasi kepada anak. Mendongeng sebetulnya mirip dengan memberikan contoh nyata ke dalam imajinasi anak.

Dengan perasaan senang anak akan lebih mudah menyerap dan memahami isi cerita yang disampaikan kepadanya. Pilihlah kisah atau cerita yang menarik bagi anak, sesuai dengan umurnya, dikemas dengan cara yang dapat menembus perasaan secara mudah, dan doronglah ia untuk melakukan kebaikan tersebut.”

Mendongeng atau bercerita tentang suatu lakon ternyata amat besar manfaatnya bagi si kecil. Namun tentu saja mendongeng bukan pekerjaan mudah. Butuh kreativitas tinggi agar anak tidak bosan.

Hindarilah dongeng-dongeng yang menginformasikan hal-hal yang berbau sadisme dan pornoisme. Pilihlah cerita yang menyenangkan dan bisa memberi teladan bagi anak-anak, dan hati-hatilah dalam bercerita sehingga tidak terjadi kesalahan pemahaman dari cerita tersebut, yang berakibat pada salah dalam meneladani.

Lakukankan aktivitas mendongeng dengan senang hati, agar prosesnya berenergi positif, dan hasilnya pun sesuai dengan yang diharapkan. Oleh: Fatna Yustianti (PNS di Pemerintahan Daerah Tasikmalaya dan Alumni UPI/UNJ)

 

Berita Terkait