Kemah Kebhinekaan Telah Usai, Asep Rizal: Semoga Silaturahmi ini Terus Berlanjut

Forum Bhinneka Tunggal Ika (FBTI) Tasikmalaya mengadakan kemah kebhinnekaan. Kegaiatan bertadjuk “Pesan Damai Dari Tasikmalaya” ini berlangsung di Situ Gede, Kota Tasikmalaya selama dua hari (13-14 Juli 2019) | dokpri

Kota, Wartatasik.com – Forum Bhinneka Tunggal Ika (FBTI) Tasikmalaya mengadakan kemah kebhinnekaan. Kegaiatan bertadjuk “Pesan Damai Dari Tasikmalaya” ini berlangsung di Situ Gede, Kota Tasikmalaya selama dua hari (13-14 Juli 2019).

Ketua FBTI Tasikmalaya, Asep Rizal Asyari mengatakan, kegiatannya itu merupakan silaturahmi sesama anak bangsa tanpa membeda-bedakan dari kelompok manapun.

“Kami merasakan kenikmatan yang luar biasa, tidak ada sekat diantara kita. Semoga silaturahmi ini tidak sampai disini, tetapi harus tetap berlanjut,” kata Asep kepada wartatasik.com, Senin (15/07/2019).

Ditempat sama, Panitia Kemah Kebhinnekaan, Ajat Sudrajat menjelaskan, kegiatan diikuti oleh lintas agama, kepercayaan, budaya, organisasi kepemudaan dan mahasiswa dengan jumlah peserta mencapai 200 orang.

Dalam kegiatan ini terang Ajat, pihaknya mengharapkan adanya interaksi sosial antar kelompok yang berbeda.

Sehingga tambah Ajat, kedepannya tidak ada prasangka terhadap kelompok yang khususnya kerap mengalami tindakan diskriminasi dan intoleransi.

“Ketika interaksi dan penerimaan sosial sudah terbangun, kita akan memiliki modal sosial yang cukup besar untuk menciptakan sebuah kondisi masyarakat yang inklusif menuju Indonesia yang setara dan semartabat,” terangnya.

Menurut Ajat, sejatinya Konsep pendirian negara bangsa (nation state) oleh founding father Republik Indonesia menegaskan asas kesetaraan dalam ketatanegaraan yaitu setiap orang dijamin berkedudukan sama di hadapan hukum.

Hal tersebut ungkapnya, menguatkan konsesus pendiri bangsa bahwa Pancasila yang berjiwa inklusif adalah dasar NKRI.

Apalagi Tasikmalaya merupakan salah satu Kota/Kab yang multikultural, sebab terdapat banyak kelompok keagamaan, kepercayaan, etnis dan budaya.

“Ya, melalui kegiatan ini kita mendorong agar semua pihak mengakui dan menghargai anugerah keberagaman ini. Karena semakin beragam kita, semakin kuat tantangan untuk merawatnya,” paparnya

Tamnah Ajat, semua pihak mengetahui situasi nasional akhir-akhir ini agak ternoda dengan munculnya gelombang radikalisme yang patut diduga ingin mengubah arah dari beragam menjadi seragam.

Lantaran itu kata ia, menjaga dan merawat keberagaman bukanlah perkara mudah bak membalikkan telapak tangan, karena dibutuhkan komitmen dan pemahamaman komprehensif terhadap makna kebhinnekaan sebagai sebuah kekuatan.

“Semoga dengan komitmen organisasi lintas agama, kepercayaan, budaya yang tergabung dalam FBTI bisa menjadi jalan ikhtiar untuk menghapus praktik diskriminasi dan intoleransi di Tasikmalaya,” pungkasnya. Suslia.

Berita Terkait