Dian Hadianto: Warga Urug Tolak Rencana Tata Ruang Penggunaan Kawasan Perumahan

Dian Hadianto: Warga Urug Tolak Rencana Tata Ruang Penggunaan Kawasan Perumahan

Kota, Wartatasik.com – Melintas menyusuri jalan Desa Urug Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, tepat pukul 15.50 WIB terdengar suara tonggeret yang saling bersahutan mengiringi langkah beberapa petani yang baru pulang dari ladang dan sawah.

Dua Elang Jawa terlihat mengangkasa di atas Kawasan Hutan Urug yang terhampar seluas 320 hektar. Hutan Urug kini menjadi satu-satunya hutan yang masih bisa menjadi penyumbang udara segar buat masyarakat Kota Tasikmalaya.

Salah satu tokoh masyarakat pemangku adat masyarakat Urug Dian Hadianto mengungkapkan, wilayah Urug merupakan kawasan hijau yang perlu dipertahankan keberadaannya.

Dirinya merasa prihatin keberadaan lingkungan hutan sebagai paru-paru penyangga kota kian hari semakin berkurang karena alih fungsi kawasan menjadi kawasan perumahan dan industri.

“Tasikmalaya kota seribu bukit hanya tinggal kenangan, kini tinggal hanya sebuah nama seperti Gunung pongpok, Gunung Kialir, Gunung Sabeulah, Gunung Pereng, Gunung Kicau, Gunung Komara, Gunung Ceuri, Gunung Daleum serta Gunung Singa yang dulu merupakan sumber mata air yang dikelola PDAM Tasikmalaya KONI berubah fungsi menjadi Hotel Santika,” tuturnya, Senin (07/06/2021).

Padahal menurutnya, keberadaan hutan menjadi salah satu kebutuhan vital bagi manusia, selain menghasilkan udara yang kita hirup, hutan pun sebagai penyangga air bagi penunjang kehidupan manusia.

“Moal aya cai, lamun euweuh kai, moal aya kai lamun euweuh leweung (Tidak akan ada air, kalau tidak ada pohon, tidak akan ada pohon kalau tidak ada hutan),” ungkap Dian.

Untuk mempertahankan keberadaan hutan ini, dirinya bersama masyarakat di wilayah Urug menolak rencana tata ruang untuk penggunaan kawasan perumahan, karena menurutnya akan menjadi satu permasalahan baru yang datang bagi lingkungan.

Selain itu juga menyikapi tentang maraknya pengembangan pembangunan destinasi wisata alam yang hampir menyeluruh dibeberapa desa, Dian berpendapat pembangunan wisata tidak harus dengan mengedepankan tujuan peningkatkan sektor ekonomi saja, tanpa memikirkan kerusakan alam karena dampak dari pembangunan destinasi wisata.

“Destinasi wisata itu jangan dibangun, apalagi orientasinya berinvestasi untuk mendapatkan keuntungan, lebih baik wisata itu muncul karena efek dari pemeliharaan lingkungan yang baik sehingga menghasilkan satu kenyamanan dan keindahan, kata kunci wisata itu kan berawal dari adanya satu keunikan dan keindahan,” pungkasnya. Suslia.

Berita Terkait