Selamat Hari Kartini, Pejuang Emansipasi Wanita

Selamat Hari Kartini, Pejuang Emansipasi Wanita | Ist

Nasional, Wartatasik.com – Jepara 21 April 1879 adalah tanah dan hari kelahiran Raden Ajeung Kertin (RA Kartini) dan ditetapkan oleh presiden RI no 108 tahun 1964 sebagai salah satu pahlawan nasional bahwa tepat hari ni di peringati hari ulang tahunnya oleh seluruh rakyat Indonesia

Jika melihat jasa jasanya di dalam mewujudkan kesetaraan antara kaum laki laki dan kaum perempuan di dalam perjuangan beliau bertekad memajukan pola pikir dan kesetaraan dalam mengenyam pendidikan bagi kaum wanita

RA Kartini adalah cucu dari Bupati Demak yaitu pangeran Ario Tjondronegoro Bupati Demak dan lahir di Mayong Jepara dari 11 saudara dan merupakan anak kelima

RA Kartini kemudian di sekolahkan di ELS (Europese Lagere School) tetapi hingga usia 12 tahun karena ia sudah harus tinggal rumah dan dipingit dan dia belajar bahasa Inggris di antranya

Tanda tanda perjuangan emansipasi sudah nampak sejak ia berumur enam setengah tahun dan ia ingin bersekolah, beliau pun tidak hanya di asuh oleh ibunda Ngasirah tetapi juga Mbok Emban Lawiyah

Anak anak perempuan di Jawa pada masa itu pendidikan resmi di sekolah di anggap tabu tidak di benarkan oleh adat di cerca oleh masyarakat tetapi Kartini memberontak dengan tradisi diskriminatif itu,

Akhirnya Kartini mendapatkan izin dari sang ayah untuk bersekolah dan bergaul dengan anak anakketurunana Indo-Belanda bahkan anak Jawa Tak ada karena hanya anak Bupati (Bansawan) yang diizinkan sekolah di sekolah Belanda

Kartini lulus sebagai murid berprestasi terbaik sekaligus menganggat Ario Sostroningrat sebagai bupati dan pemangku adat serta mempunyai keterbatasan harus menghormati adat istiadat yang berlaku.

Dalam pingitannya, Kartini belajar tanpa guru tetapi tidak putus asa dan ia paham bahasa Belanda, maka mulailah menulis surat kepada teman temannya korespondensi yang berasal dari Belanda.

Rosa Abendanon adalah salah satu yang banyak mendukungnya Kartini tertarik pola pikir perempuan Eropa dan ingin memajukan perempuan pribumi yang menurutnya perempuan pribumi berada padaa status sosial yang rendah.

Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Perhatiannya tidak hanya semata-mata sosial emansipasi wanita,masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Red

Berita Terkait