Ambiguitas Pemerintahan Tasikmalaya, Tatang: Waktunya Ketahanan Budaya di kedepankan

Budayawan Tasikmalaya Tatang Fahat | dokpri

Kota, Wartatasik.com – Dalam era yang serba komputerisasi dan digitalisasi, sampai merangseg ke zona pribadi dan sedikit besarnya telah berpengaruh pada semua tatanan di masyarakat.

Akibatnya kekuatan ini, berefek pada kekeringan makna akan “tata nilai”, padahal hakekatnya Tasikmalaya secara demografinya tergolong daerah agraris, artinya secara ekonomi masyarakat Tasikmalaya bertumpu pada pertanian.

Menyoal itu Praktisi Seni dan pemerhati Budaya Tasikmalaya Tatang Pahat menyebut, sudah selayaknya keberpihakan pengemban kebijakan yang akan datang melirik hal tersebut.

Menurutnya, sudah waktunya ketahanan budaya ini di kedepankan, bukan budaya secara global dalam arti sempit. Karena kalau berbicara tentang budaya tentu saja segala sesuatu bentuk prilaku masyarakat yang di dalamnya.

“Ada budaya pendidikan, pertanian, budaya per-ekonomian, peternakan budaya gotong royong dan masih banyak lagi. Inilah energi positif di masyarakat yang selama ini di kesampingkan,” papar Tatang, Senin (28/09/2020).

Lanjutnya, perlu adanya pemantik dalam hal ini penguasa Walikota atau Bupati (terpilih nanti), untuk mengemblikan lagi jati diri Tasikmalaya dengan bersandar pada kearifan lokal. Kenapa demikian, karena ternyata kearifan-kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat menjadi bantal penyelamat ber bangsa dan bernegara.

“Ya, dari hantaman hantaman dan serangan serangan kekuatan teknologi dan hantu digitalisasi yang selama ini sedikit besarnya telah memporakporandakan nilai nilai tatanan yang ada di masyarakat,” jelasnya.

Tatang menambahkan, percepatan pembangunan di Tasikmalaya Kota/Kabupaten sudah sedemikian cepat dengan adanya bandara Tasikmalaya, kereta api, termasuk maraknya hotel hotel yang di bangun di Tasikamalaya di samping jalan jalanya yang sudah sedemikin bagusnnya.

Hal ini kata ia, berbanding terbalik dengan pembangunan masyarakat (agraris) yang tumpuannya pada kekuatan pertanian tadi. Sehingga perlu adanya motor penggerak supaya percepatan infrastuktur tadi berimbang dengan pembangunan sufrastrutur.

“Di sinilah letaknya soal. Kekuatan di atas harus ditangkap oleh stakehorder dalam hal ini Walikota dan Bupati (terpilih nanti) tentu saja dengan dengan dinas dinas terkait, sebagai perpanjangan tangan kekuasaannya,” jelasnya.

“Diantaranya dinas pertanian, dinas pendidikan, termasuk dinas pariwisata dan budaya. Karena majunya suatu wilayah dinas dinas inilah yang harusnya menjadi ujung tombak,” sambung Tatang.

Guna tercapainya hal tersebut di atas, Tatang ingin adanya tempat yang strategis sebagai laboratorium atau sebagai tempat percontohan, salah satunya pelestarisan kampung kampung adat yang layak dijadikan demplot atau laboratorium kekuatan budaya tadi.

“Di samping pelatihan pelatihan kelompok kelompok petani, termasuk komunitas komunitas budaya sebagai salah satu tempat eksperiment lembaga lembaga formal dan intasi intasi terkait demi penegemebangan hasil dari penelitiannya tentu untuk di sebar luaskan di masyarakat. Termasuk organisasi organisasi kemasyarakatan,” paparnya.

Untinya, pembinaan ini tentang wilayah keteritorialan yang yaitu membangun komunikasi antar lembaga baik pemerintah atau swasta yang ada di wilayah Tasikmalaya raya, yakni mendorong generasi milenial untuk berperan aktif dalam berbagai bidang, utamanya tentang ketahanan pangan yaitu dengan belajar langsung dilapangan kenapa demikian karena lebih kerasa dan menarik ketimbang teori.

“Yaitu sistim perpaduan atau kolaborasi antara praktisi (petani), akedemisi serta budayawan sehingga bisa menghasilkan SDM yang berkarakter menghasilkan sesuatu yang mumpuni artinya kekutan kekuatan yang ada di masyarakat dipadu padankan,” ucap Tatang.

Namun, tentunya mengacu pada kemajuan disegala bidang, maka akan tercapai yang di harapkan yaitu ketahanan pangan (tentu saja bukan saja pertanian) dan guna tercapainya hal tersebut harus ada zona atau titik latihan atau tempat pembelajaran secara out dor sehingga menghasilkan karya yang terukur.

“Sudah selayaknya mempunya kawasan dalam sebuah demplot atau laporatorium alam sebagai sumber inspirasi masyarakat secara keseluruan dengan kata lain masyarakat akan tertarik kalau sudah ada contoh (pilot project),” tuturnya.

Diakhir aspirasi Tatang, ia minta seharusnya peperintah Kota/KabupatenTasikmalaya mempunyai strategi seperti ini untuk membawa warganya menuju adil makmur sejahtera sesuai dengan cita cita bangsa.

“Tentu apa yang ada di Kota/Kabupaten Tasikmalaya harus digali baik SDM dan SDA nya lebih kongkrit dan mengakar di masyarakatnya,” pungkasnya. Asron.

Berita Terkait